OPD Penanggung Jawab | : | RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE |
---|---|---|
Penanggung Jawab | : | RSUD AWS |
Jenis Informasi | : | Pelatihan |
Bentuk Informasi | : | Informasi Teks |
Kategori Informasi | : | Informasi berkala |
Deskripsi | : | Workshop The 2nd Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) di RSUD AWSSelasa (03/07) merupakan hari kedua pelaksanaan workshop The 2nd Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP). Workshop ini berlangsung selama dua hari, mulai 02 Juli hingga 03 Juli 2018 di Ruang Endoskopi, Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Abdul Wahab Sjahranie. Saat ditemui di ruang pertemuan IBS, dr. RR. Ignatia Sinta Murti, Sp.PD-KGEH menjelaskan tentang agenda workshop ERCP ini mendatangkan dokter dari Rajaviti Bangkok, Thailand. Dr. Sinta begitu sapaan akrab Beliau, merupakan Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastro Entero Hepatologi (SpPD-KGEH) di RSUD AWS. Dalam workshop ini berasal dari beberapa kota di Indonesia seperti Makassar, Yogyakarta, Tangerang, dan Malang. Peserta workshop adalah dokter spesialis penyakit dalam dan perawat yang khusus melakukan tindakan ERCP. Menurut dr. Sinta salah satu tujuan workshop ini untuk meningkatkan kemampuan para dokter spesialis dalam yang melakukan tindakan ERCP. “Jadi ERCP itu sendiri sebetulnya salah satu tindakan endoskopi (endoscopy) yang bertujuan atau ditujukan untuk penyakit-penyakit pada saluran bilier (empedu). ERCP merupakan kepanjangan dari Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography, adalah prosedur tindakan untuk mendiagnosis dan mengobati kelainan atau gangguan yang terjadi pada pankreas, saluran empedu dan kandung empedu. Tindakan ERCP mayoritas dikerjakan oleh seorang konsultan gastro entero hepatology (KGEH). Untuk saat ini, konsultan tersebut terbatas jumlahnya. Di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara hanya saya sendiri”. Oleh karena keterbatasan tersebut, dr. Sinta berharap melalui workshop ini sebagai salah satu usaha untuk memperbanyak para konsultan KGEH yang bisa melakukan tindakan ERCP. Manfaat dari tindakan ERCP ini bisa untuk kasus batu saluran empedu, penyempitan saluran empedu, tumor saluran empedu, batu saluran pankreas, dan penyempitan saluran pankreas. “Kenapa pada batu saluran empedu ERCP sekarang ini lebih populer? Karena ERCP termasuk tindakan yang minimal invasif, tidak melalui pembedahan, hanya melalui alat dimasukkan melalui mulut sampai ke usus 12 jari, dicoba batunya ditarik, atau kalau ada penyempitan kita lebarkan, ada tumor bisa kita pasang alat membantu pasien kondisinya membaik. Kalau orang-orang dengar saluran empedu ini, pada umumnya mereka memiliki gejala kuning” ujar dr. Sinta. Dr. Sinta menyatakan bahwa ”kasus yang kita (baca: RSUD AWS) miliki cukup banyak dan kita juga memiliki fasilitas laser. Jadi batu saluran empedu yang besar yang sulit dikeluarkan lewat ERCP biasa, kita menggabungkan antara ERCP dan Laser”. Pada workshop ini juga bertujuan mengenalkan alat-lat baru yang lebih canggih. “Alat-alat berupa kamera yang bisa melihat langsung apabila ada tumor di saluran empedu yang sangat kecil, atau kamera yang bisa digunakan untuk menghancurkan batu dengan bantuan laser” tambah dr. Sinta. (kdv/drs/hms) |
Detail Informasi | : | Link 0 kali diakses |