Jelang Hari Pers Nasional, PWI Pusat Gelar Webinar Literasi Digital

Samarinda--- Puncak Hari Pers Nasional akan diselenggarakan pada Selasa 9 Februari 2021 mendatang dengan Tema “Bangkit Dari Pandemi, Jakarta Gerbang Pemulihan Ekonomi, Pers Sebagai Akselerator Perubahan,” dimana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terpilih sebagai tuan rumah.
 
 
Dalam rangka HPN PWI Pusat pun menggelar webinar literasi digital bertema “Pemanfaatan TIK dalam penanganan COVID-19”, Sabtu (6/2/2021).
 
Acara yang diselenggarakan melalui aplikasi zoom meeting ini dipandu oleh Wakil Sekjen PWI Pusat Suprapto, menghadirkan empat Narasumber yaitu, Kepala Jakarta Smart City (JSC) Yudhistira Nugraha, Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat Nurjaman Mochtar, Editor in Chief Majalah Tempo Wahyu Dhyatmika, dan Founder Channel “Kok Bisa” Ketut Yoga Yudistira. Diikuti peserta terbatas hanya sebanyak seratus orang se-Indonesia.
 
Dalam salah satu paparannya Kepala JSC Yudhistira Nugraha menyampaikan bahwa kemampuan literasi digital sangat diperlukan karena adanya perubahan cara berinteraksi dan cara bertransaksi masyarakat. Terdapat pula peningkatan aktivitas digital seperti cara berkomunikasi dengan zoom dan perubahan behavior lainnya.   
 
“kemampuan literasi digital sangat diperlukan karena adanya perubahan cara berinteraksi dan cara bertransaksi masyarakat dari tahun-ketahun, khususnya dalam satu tahun terakhir sejak masa pandemic,” ujarnya.
 
Dalam roadmap pengembangan digital 2021-2024 yang dikembangkan Kementerian Kominfo terdapat empat pokok pengembangan kurikulum literasi digital Indonesia, mulai dari digital skill, digital culture, digital etics, dan digital safety. Untuk itu, Inovasi JSC yang dikembangkan oleh Dinas Kominfo Provinsi DKI Jakarta dimasa pandemic ini dengan melakukan pemanfaatan TI Tanggap Covid-19 melalui platform superapp JAKI dan website Corona.Jakarta.go.id.
 
“Dengan konsep mobile first seperti superapp JAKI, Kami ingin memberikan layanan yang dapat digunakan dengan mudah oleh masyarakat,” tambahnya.
 
Diwaktu yang sama dalam paparan lainnya, Editor in Chief Majalah Tempo Wahyu Dhyatmika menyampaikan bahwa di masa pandemic terdapat dua krisis yang dihadapi media yaitu krisis digital dan krisis covid-19 itu sendiri. Untuk itu, pemanfaatan teknologi informatika diperlukan untuk cek fakta keberadaan hoaks. Isu-isu tentang kebijakan-kebijakan publik tentang covid-19 yang distribusi pesannya tidak teliti sehingga menyebabkan missinformasi paling banyak dijadikan bahan hoaks dibanding isu lainnya.
 
 “Keberadaan hoaks dikarenakan belum cukup kuatnya ekosistem informasi kita,” paparnya. (Diskominfo/@s).